Bagi Dewi Rohani (22), menjadi penjual jamu gendong adalah profesi yang dipilihnya dengan penuh kesadaran. Bukan saja hasilnya yang lumayan, tapi profesi itu sesuai dengan kepribadiannya.
Di saat umumnya siswi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan akutansi lebih memilih bekerja di perusahaan atau pertokoan, Dewi memilih profesi yang tak banyak digeluti perempuan seusianya kala itu.
Kini, penghasilan bersih yang diperoleh lulusan SMKN 1 Bulukerto, Wonogori, Jawa Tengah itu rata-rata tak kurang dari Rp 150.000 per harinya, angka yang mustahil diperoleh lulusan SMK yang bekerja di pertokoan keren maupun di pabrik besar sekalipun.
Sejak lulus SMK, Dewi sudah berkelana ke Padang, Sumatera Barat untuk menjadi penjual jamu gendong. Dua tahun berikutnya, tahun 2009, Dewi pindah ke Kota Bekasi untuk menggeluti profesi yang sama. Dia biasa berjualan keliling di Terminal Induk Kota Bekasi dan Pasar Baru. Praktis tak sampai delapan jam ibu muda beranak satu itu bekerja di luar rumah. Berangkat pukul 07.00, dia sudah bisa pulang sekitar pukul 10.00. Tribunnews.com
Di saat umumnya siswi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan akutansi lebih memilih bekerja di perusahaan atau pertokoan, Dewi memilih profesi yang tak banyak digeluti perempuan seusianya kala itu.
Kini, penghasilan bersih yang diperoleh lulusan SMKN 1 Bulukerto, Wonogori, Jawa Tengah itu rata-rata tak kurang dari Rp 150.000 per harinya, angka yang mustahil diperoleh lulusan SMK yang bekerja di pertokoan keren maupun di pabrik besar sekalipun.
Sejak lulus SMK, Dewi sudah berkelana ke Padang, Sumatera Barat untuk menjadi penjual jamu gendong. Dua tahun berikutnya, tahun 2009, Dewi pindah ke Kota Bekasi untuk menggeluti profesi yang sama. Dia biasa berjualan keliling di Terminal Induk Kota Bekasi dan Pasar Baru. Praktis tak sampai delapan jam ibu muda beranak satu itu bekerja di luar rumah. Berangkat pukul 07.00, dia sudah bisa pulang sekitar pukul 10.00. Tribunnews.com